Artikel

Kisah Inspiratif Rilus Siko: Mahasiswa Fakultas Hukum Dari Ende ke Kancah Dunia

  • Di Publikasikan Pada: 16 Sep 2025
  • Oleh: Admin
  • 0


Hidup adalah perjalanan yang penuh liku, tantangan, sekaligus peluang untuk membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah akhir dari segalanya. Itulah yang tercermin dalam kisah Sirilus Siko, atau yang lebih akrab disapa Rilus, seorang pemuda asal Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang kini menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya dengan beasiswa atlet. Perjalanan hidupnya adalah bukti nyata bahwa semangat, tekad, dan keberanian bisa mengubah mimpi menjadi kenyataan.

Rilus lahir dengan kondisi disabilitas pada salah satu kakinya. Sejak kecil, ia harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya berbeda dari anak-anak lain. Namun, alih-alih merasa terpuruk atau menyerah pada keadaan, ia justru memilih jalan yang penuh optimisme. Sejak usia lima tahun, kecintaannya pada sepak bola tumbuh begitu kuat. Meski memiliki keterbatasan fisik, ia tetap bermain bola bersama teman-temannya di Ende. Rilus tidak pernah merasa bahwa kondisi tubuhnya adalah alasan untuk berhenti.

Di mata anak-anak lain, sepak bola adalah permainan yang menyenangkan. Namun, bagi Rilus, sepak bola adalah bahasa universal yang membuatnya merasa setara, diterima, dan percaya diri. Lapangan tanah yang sederhana di Ende menjadi saksi bagaimana ia berlari, menendang, dan berjuang tanpa pernah mengeluh.

Sebuah momen penting datang ketika Rilus menemukan konten tentang komunitas sepak bola amputasi di Surabaya. Video singkat itu membuka cakrawala baru baginya. Tanpa banyak berpikir, ia memutuskan untuk merantau ke Surabaya demi meraih kesempatan yang lebih besar. Keputusan ini tentu tidak mudah berangkat dari kota kecil menuju kota besar tanpa jaminan apa pun adalah keberanian besar. Namun, semangatnya tak pernah surut.

Di Surabaya, ia mulai mengenal komunitas sepak bola amputasi. Meski awalnya penuh keterbatasan, pengurus sepak bola amputasi di sana menyambutnya dengan tangan terbuka. Latihan demi latihan ia jalani tanpa mengenal lelah. Tekadnya adalah menjadi yang terbaik, bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk berprestasi.

Kerja kerasnya membuahkan hasil. Rilus berhasil lolos seleksi dan terpilih untuk memperkuat Tim Nasional Indonesia dalam ajang internasional Artalive Challenge Cup 2023 di Malaysia. Momen ini menjadi titik balik besar dalam hidupnya. Dari seorang anak kecil di Ende yang gemar bermain bola di lapangan tanah, kini ia berdiri tegak sebagai wakil bangsa di pentas dunia.

Kebanggaan itu semakin lengkap ketika masyarakat dan media mulai mengenalnya. Sosok Rilus menjadi inspirasi banyak orang, terutama mereka yang memiliki keterbatasan fisik. Kisahnya membuktikan bahwa mimpi dapat dicapai asalkan ada usaha, kerja keras, dan doa.

Prestasi Rilus di dunia olahraga tak hanya memberinya kebanggaan, tetapi juga membuka pintu baru dalam pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) memberikan beasiswa penuh untuknya sebagai bentuk apresiasi atas prestasinya di bidang olahraga. Kini, Rilus resmi menjadi mahasiswa Fakultas Hukum UM Surabaya.

Bagi Rilus, mendapatkan kesempatan belajar di perguruan tinggi bukan hanya tentang mengejar gelar, melainkan juga tentang membangun masa depan. Ia menyadari bahwa pendidikan adalah bekal penting untuk terus maju dan menjadi pribadi yang berdaya. Dengan memilih jurusan hukum, ia berharap kelak dapat memperjuangkan hak-hak kaum disabilitas agar lebih diperhatikan di mata hukum dan kebijakan negara.

Di bangku kuliah, Rilus dikenal sebagai mahasiswa yang tekun dan rendah hati. Rekan-rekannya mengagumi semangatnya yang tidak pernah padam. Ia mampu membagi waktu antara latihan sepak bola, kuliah, dan pekerjaannya sebagai kurir di JNE untuk mendukung kemandiriannya. Setiap langkah yang ia ambil selalu menjadi teladan bagi banyak orang.

Meski telah meraih banyak prestasi, Rilus tidak berhenti bermimpi. Ia terus berlatih, memperkuat fisik dan mentalnya untuk menghadapi tantangan di masa depan. Baginya, setiap pertandingan adalah kesempatan untuk belajar, memperbaiki diri, dan menunjukkan bahwa keterbatasan fisik tidak pernah bisa membatasi jiwa yang besar.

Rilus juga aktif membagikan kisahnya untuk memotivasi orang lain. Ia percaya bahwa kisah perjuangannya bisa menginspirasi generasi muda, terutama mereka yang merasa putus asa karena keterbatasan. “Keterbatasan hanyalah kondisi fisik, bukan alasan untuk berhenti bermimpi,” begitu prinsip yang selalu ia pegang.

Kini, perjalanan Rilus memasuki babak baru yang lebih besar. Ia tengah bersiap mengikuti training camp di Jakarta sebagai persiapan kualifikasi Piala Dunia 2026 di Costa Rika bersama Tim Nasional Sepak Bola Amputasi Indonesia.

Dengan penuh semangat, Rilus menyampaikan harapannya:
“Dan kali ini saya tengah persiapan mengikuti training camp di Jakarta untuk qualifikasi Pildun 2026 di Costa Rika, semoga saya dan tim bisa membawa nama Indonesia dan menciptakan sejarah untuk kedua kalinya Indonesia negara Asia Tenggara yang masuk Piala Dunia 2026 di Costa Rika.”

Harapan ini bukan sekadar mimpi. Bagi Rilus, ini adalah misi besar untuk mengharumkan nama bangsa. Ia ingin membuktikan bahwa Indonesia mampu bersaing di kancah internasional, meski dengan segala keterbatasan yang ada.

Kisah Rilus Siko adalah bukti bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk berprestasi, apa pun kondisi fisiknya. Dari Ende yang sederhana, ia menapaki jalan penuh perjuangan hingga ke Surabaya, lalu melangkah ke panggung dunia. Kini, sebagai mahasiswa Fakultas Hukum UM Surabaya dengan beasiswa atlet, sekaligus anggota Tim Nasional Sepak Bola Amputasi, Rilus menunjukkan pada dunia bahwa mimpi bisa diwujudkan dengan kerja keras, doa, dan keberanian.

Semoga langkahnya di kancah internasional menjadi catatan sejarah baru bagi Indonesia, sekaligus inspirasi tanpa batas bagi generasi muda.